Askep Vertigo Lengkap Dengan Diagnosa Keperawatan Pada Lansia
Artikel ini merupakan pembahasan tentang konsep askep vertigo atau konsep teoritis asuhan keperawatan bagi pasien dengan gejala vertigo. Pembahasan akan dimulai dari kajian tentang vertigo dengan gejala dan kalsifikasinya, kemudian diagnosa dan intervensi keperawatan.
Vertigo merupakan suatu kondisi dimana seorang penderita akan merasakan pusing kepala yang luar biasa. Jika sipenderita terserang vertigo maka ia akan merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar. Hal tersebut disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular. Gejala vertigo sering kali dibarengi mual, muntah, dan ketidakmampuan sipenderita untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, yang berakibat pada kesulitan berdiri atau berjalan.
Kemungkinan seseorang terserang vertigo sangat bervariasi, mulai dari merasakan pusing yang ringan dan terjadi secara berkala sampai rasa pusing yang parah dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Serangan vertigo yang parah biasanya berlangsung dalam beberapa hari bahkan sampai sipenderitanya tidak mampu beraktivitas dengan normal dan banyak juga yang harus mendapatkan perawatan secara intensif di rumah sakit, biasanya rawat inap sampai beberapa hari.
Pembahasan selanjutnya dalam askep vertigo adalah klasifikasi vertigo yaitu sebagai berikut.
1. Vertigo paroksismal
Serangan vertigo seperti ini biasanya datang secara tiba-tiba dan berlangsung dalam beberapa menit atau beberapa hari, kemudian menghilang sempurna. Akan tetapi pada suatu saat serangan seperti itu dapat muncul lagi. Penderita yang mengalami serangan tersebut biasanya sama sekali bebas keluhan. Vertigo paroksismal dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:
Vertigo kronis adalah jenis vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa ada serangan akut. Vertigo ini dibedakan menjadi:
1. Pemeriksaan fisik pasien vertigo yang meliputi:
a. Pengkajian Aktivitas atau Istirahat
Lemah, letih, malaise, keterbatasan gerak, kesulitan membaca, ketegangan mata, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas atau kerja dan karena perubahan cuaca.
b. Pengkajian Integritas Ego
Penyebab-penyebab stres emosional atau lingkungan tertentu, keputusasaan, depresi, kekhawatiran, perubahan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif atau dekensif atau sakit kepala kronik
c. Pengkajian Sirkulasi
Kajian riwayat hypertensi dan denyutan vaskuler, misal daerah temporal, wajah tampak kemerahan dan pucat.
d. Pengkajian Makanan dan cairan
Pengkajian terhadap makanan yang tinggi vasorektiknya seperti kafein, coklat, keju, alkohol, daging, bawang, buah-buahan seperti anggur, tomat, jeruk, makan berlemak, saus, MSG pada migrain, mual atau muntah, anoreksia selama nyeri, penurunan berat badan
e. Neurosensoris
Pusing atau pening, disorientasi selama sakit kepala, riwayat kejang, , trauma, cedera kepala yang baru terjadi, stroke, aura; perubahan visual, sensitif terhadap cahaya atau suara yang keras, fasialis, olfaktorius, tinitus, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif atau paralysis satu sisi tempore, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema, perubahan pada pola bicara atau pola pikir.
f. Nyeri atau kenyamanan
Ciri-ciri atau karakteristik dari nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal ketegangan otot, migrain, cluster, tumor otak, sinusitis, pascatrauma, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional atau perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g. Pengkajian Keamanan
Riwayat alergi/reaksi alergi, demam atau sakit kepala, gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis dan sakit kepala pada gangguan sinus.
h. Pengkajian Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab atau peran interaksi sosial yang berkaitan dengan penyakit
i. Penyuluhan atau Pembelajaran
Riwayat hypertensi, stroke, penyakit pada keluarga, migrain, penggunaan alkohol atau obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral atau hormone dan menopause.
a. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan keseimbangan.
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran berhubungan dengan tinitus
e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan metode koping tidak adekuat
b. Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan seperti menggerakan bola mata, jika sudah terbiasa dilakukan, pusing akan berkurang.
c. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas pasien guna mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh
d. Berikan pengobatan nyeri atau pusing sebelum aktivitas karena Nyeri yang berkurang dapat meminimalisasi terjadinya jatuh
b. memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas
c. mengajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
d. Melakukan kolaborasi dengan ahli terapi okupasi
b. Ajarkan/beritahu pasien untuk makan sedikit tapi sering
c. Kolaborasi dengan ahli giz
b. Lakukan pada pasien tes rinne, weber, atau swabah untuk mengetahui keseimbangan pendengaran saat terjadi tinitus
c. Ajarkan pasien untuk memfokuskan pendengaran saat terjadi tinitus
d. Kolaborasi penggunaan alat bantu pendengaran
b. Motivasi pasien dalam menerima keadaan fisiknya
c. Ajarkan pasien cara mengatasi masalah beritahu akibat pusing yang diderita
d. Kolaborasi pemberian antidepresan sedatif, neurotonik, atau transquilizer serta vitamin dan mineral
b. Waspada terhadap kemungkinan interaksi obat-obat pada lansia, karena lansia sering mengalami berbagai penyakit dan mengonsumsi banyak obat
c. Kenalilah bahwa nyeri yang dirasakan bukan karena proses normal penuaan
d. Sebaiknya turunkan dosis obat dari dosis biasanya untuk lansia, karena lansia lebih sensitive terhadap obat tertentu
e. Hindari penggunaan obat yang dimetabolisme diginjal
f. Hindari penggunaan obat dalam jangka panjang karena akan meningkatkan kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat
g. Pastikan pasien dapat mendengar suara saudara dengan jelas ketika memberitahukan sesuatu terkait penyakitnya dan dapat melihat tulisan yang ada diskala nyeri
h. ulangi informasi sesering mungkin, tinggalkan informasi tertulis untuk pasien ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi
i. Kaji secara komprehensif interaksi obat termasuk obat bebas
Demikian pembahasan askep vertigo secara teoritis yang dapat kami www.obatpusings.blogspot.com share semoga menambah wawasan.
Askep Vertigo Lengkap Dengan Diagnosa Keperawatan Pada Lansia
Baiklah sebelum kita membahas askep vertigo, sebagai pendahuluan sebaiknya kita ulas dulu sedikit tetang vertigo itu apa?Vertigo merupakan suatu kondisi dimana seorang penderita akan merasakan pusing kepala yang luar biasa. Jika sipenderita terserang vertigo maka ia akan merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar. Hal tersebut disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular. Gejala vertigo sering kali dibarengi mual, muntah, dan ketidakmampuan sipenderita untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, yang berakibat pada kesulitan berdiri atau berjalan.
Kemungkinan seseorang terserang vertigo sangat bervariasi, mulai dari merasakan pusing yang ringan dan terjadi secara berkala sampai rasa pusing yang parah dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Serangan vertigo yang parah biasanya berlangsung dalam beberapa hari bahkan sampai sipenderitanya tidak mampu beraktivitas dengan normal dan banyak juga yang harus mendapatkan perawatan secara intensif di rumah sakit, biasanya rawat inap sampai beberapa hari.
Pembahasan selanjutnya dalam askep vertigo adalah klasifikasi vertigo yaitu sebagai berikut.
Klasifikasi Vertigo
Vertigo dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan pada gejala klinis yaitu :1. Vertigo paroksismal
Serangan vertigo seperti ini biasanya datang secara tiba-tiba dan berlangsung dalam beberapa menit atau beberapa hari, kemudian menghilang sempurna. Akan tetapi pada suatu saat serangan seperti itu dapat muncul lagi. Penderita yang mengalami serangan tersebut biasanya sama sekali bebas keluhan. Vertigo paroksismal dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:
- Ada yang disertai keluhan pada telinga seperti Sindrom Lermoyes, Morbus Meniere, Sindrom Cogan, Arakhnoiditis pontoserebelaris, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
- Ada juga yang tanpa disertai keluhan pada telinga yaitu migrain ekuivalen, serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Labirin picu atau trigger labyrinth.
- Ada vertigo yang timbul karena dipengaruhi oleh perubahan posisi yaitu vertigo posisional paroksismal laten dan vertigo posisional paroksismal benigna.
Vertigo kronis adalah jenis vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa ada serangan akut. Vertigo ini dibedakan menjadi:
- Vertigo yang disertai keluhan telinga yaitu tumor serebelopontin, labirintitis kronis, otitis media kronika, meningitis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik,.
- Vertigo yang tidak ada keluhan telinga yaitu sindrom pasca komosio, sklerosis multipel, kontusio serebri, siringobulbi, ensefalitis pontis, pelagra, hipoglikemi, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler dan kelainan endokrin.
- Vertigo yang dipengaruhi posisi yaitu Vertigo servikalis dan Hipotensi ortostatik.
- Ada yang disertai dengan keluhan telinga yaitu neuritis, labirintitis akuta, trauma labirin, herpes zoster otikus, perdarahan labirin, cedera pada auditiva interna atau arteria vestibulokoklearis.
- Dan ada yang tidak disertai keluhan telinga yaitu sindrom arteria vestibularis anterior, Neuronitis vestibularis, ensefalitis vestibularis, sklerosis multipleks, vertigo epidemika, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
- Ada juga yang mengklasifikasikan vertigo berdasarkan keterlibatan vertibulum menjadi dua jenis yaitu vertigo direk atau vertigo vestibular dan vertigo indirek atau vertigo non-vestibular.
Pemeriksaan penunjang pada pasien vertigo
Agar askep vertigo atau asuhan keperawatan pasien vertigo dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan laporan pemeriksaan penunjang, diantarnya :1. Pemeriksaan fisik pasien vertigo yang meliputi:
- Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh;
- Pemeriksaan otologik;
- Pemeriksaan mata;
- Pemeriksaan neurologik; dan
- Pemeriksaan fisik secara umum.
- Audiometri dan BAEP;
- ENG;
- Psikiatrik.
- Radiologik dan Imaging
- Laboratorium
- EEG, EMG, dan EKG.
Teori Askep Vertigo/Asuhan Keperawatan Pasien Vertigo
1. Pengkajian data askep vertigoa. Pengkajian Aktivitas atau Istirahat
Lemah, letih, malaise, keterbatasan gerak, kesulitan membaca, ketegangan mata, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas atau kerja dan karena perubahan cuaca.
b. Pengkajian Integritas Ego
Penyebab-penyebab stres emosional atau lingkungan tertentu, keputusasaan, depresi, kekhawatiran, perubahan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif atau dekensif atau sakit kepala kronik
c. Pengkajian Sirkulasi
Kajian riwayat hypertensi dan denyutan vaskuler, misal daerah temporal, wajah tampak kemerahan dan pucat.
d. Pengkajian Makanan dan cairan
Pengkajian terhadap makanan yang tinggi vasorektiknya seperti kafein, coklat, keju, alkohol, daging, bawang, buah-buahan seperti anggur, tomat, jeruk, makan berlemak, saus, MSG pada migrain, mual atau muntah, anoreksia selama nyeri, penurunan berat badan
e. Neurosensoris
Pusing atau pening, disorientasi selama sakit kepala, riwayat kejang, , trauma, cedera kepala yang baru terjadi, stroke, aura; perubahan visual, sensitif terhadap cahaya atau suara yang keras, fasialis, olfaktorius, tinitus, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif atau paralysis satu sisi tempore, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema, perubahan pada pola bicara atau pola pikir.
f. Nyeri atau kenyamanan
Ciri-ciri atau karakteristik dari nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal ketegangan otot, migrain, cluster, tumor otak, sinusitis, pascatrauma, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional atau perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g. Pengkajian Keamanan
Riwayat alergi/reaksi alergi, demam atau sakit kepala, gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis dan sakit kepala pada gangguan sinus.
h. Pengkajian Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab atau peran interaksi sosial yang berkaitan dengan penyakit
i. Penyuluhan atau Pembelajaran
Riwayat hypertensi, stroke, penyakit pada keluarga, migrain, penggunaan alkohol atau obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral atau hormone dan menopause.
2. Diagnosa Keperawatan
Daignosa keperawatan yang bisa jadi muncul pada diri pasien diantarnya :a. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan keseimbangan.
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran berhubungan dengan tinitus
e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan metode koping tidak adekuat
Baca juga: Apa Itu Vertigo Gejala, Penyebab, dan Apa Obatnya paling Ampuh di ApotikDari diagnosa di atas yang mungkin muncul maka diperlukan intervensi keperawatan dalam askep vertigo, seperti :
1. Intervensi Askep Vertigo 1
a. Kaji tingkat energi yang dimiliki pasien karena Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan pada tubuh saat istirahat.b. Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan seperti menggerakan bola mata, jika sudah terbiasa dilakukan, pusing akan berkurang.
c. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas pasien guna mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh
d. Berikan pengobatan nyeri atau pusing sebelum aktivitas karena Nyeri yang berkurang dapat meminimalisasi terjadinya jatuh
2. Intervensi Askep Vertigo 2
a. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas pasienb. memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas
c. mengajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
d. Melakukan kolaborasi dengan ahli terapi okupasi
3. Intervensi Askep Vertigo 3
a. Kaji kebiasaan makan yang disukai pasienb. Ajarkan/beritahu pasien untuk makan sedikit tapi sering
c. Kolaborasi dengan ahli giz
4. Intervensi Askep Vertigo 4
a. Kaji tingkat pendengaran pada pasienb. Lakukan pada pasien tes rinne, weber, atau swabah untuk mengetahui keseimbangan pendengaran saat terjadi tinitus
c. Ajarkan pasien untuk memfokuskan pendengaran saat terjadi tinitus
d. Kolaborasi penggunaan alat bantu pendengaran
5. Intervensi Askep Vertigo 5
a. Kaji kemampuan pasien dalam mempertahankan keadekuatan pendengarannyab. Motivasi pasien dalam menerima keadaan fisiknya
c. Ajarkan pasien cara mengatasi masalah beritahu akibat pusing yang diderita
d. Kolaborasi pemberian antidepresan sedatif, neurotonik, atau transquilizer serta vitamin dan mineral
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada lansia penderita vertigo dalam askep vertigo :
a. Sebaiknya perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek obatb. Waspada terhadap kemungkinan interaksi obat-obat pada lansia, karena lansia sering mengalami berbagai penyakit dan mengonsumsi banyak obat
c. Kenalilah bahwa nyeri yang dirasakan bukan karena proses normal penuaan
d. Sebaiknya turunkan dosis obat dari dosis biasanya untuk lansia, karena lansia lebih sensitive terhadap obat tertentu
e. Hindari penggunaan obat yang dimetabolisme diginjal
f. Hindari penggunaan obat dalam jangka panjang karena akan meningkatkan kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat
g. Pastikan pasien dapat mendengar suara saudara dengan jelas ketika memberitahukan sesuatu terkait penyakitnya dan dapat melihat tulisan yang ada diskala nyeri
h. ulangi informasi sesering mungkin, tinggalkan informasi tertulis untuk pasien ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi
i. Kaji secara komprehensif interaksi obat termasuk obat bebas
Demikian pembahasan askep vertigo secara teoritis yang dapat kami www.obatpusings.blogspot.com share semoga menambah wawasan.
Komentar
Posting Komentar